Minggu, 06 Januari 2013

Giliran Orang Korea Melirik Indonesia

"Dia bangga sebagai orang Jawa, dan itu baik selama dia punya perasaan harga diri sebagai pribadi maupun sebagai anak bangsa. Jangan seperti bangsanya pada umumnya, mereka merasa sebagai bangsa tiada tara di dunia ini bila berada di antara mereka sendiri". Perkataan itu merupakan ucapan dari Tuan Asisten Residen, Herbert de la Croix, dalam sebuah surat yang ditujukan putrinya, Miriam de la Croix, kepada Minke. Bagi Tuan Assisten Residen, pujian itu pantas dipersembahkan kepadanya. Minke, seorang terpelajar berdarah Jawa, yang belajar di sekolah Belanda (H.B.S) mampu menterjemahkan pidato berbahasa Belanda ke dalam bahasa Jawa. Begitu pun sebaliknya. Pidato yang disampaikan oleh Tuan Assisten Residen itu diterjemahkan dalam rangka pesta pengangkatan bupati B yang adalah ayahnya sendiri.

Itulah sepotong kisah sastra yang dipersembahkan Pramoedya Ananta Toer untuk dunia ini di dalam bukunya yang berjudul Bumi Manusia. Jelas ini bukanlah buku yang baru terbit. Buku ini sudah lama ada. Jauh sebelum saya lahir yaitu tahun 1980. Memang saya bukan ingin memperkenalkan buku itu. Apalagi cerita di dalamnya. Tapi saya ingin mengungkapkan bahwa karya sastrawan yang meninggal sekitar enam tahun yang lalu itu sangat diminati oleh mahasiswa Korea.

Mahasiswa Korea versus Indonesia

Saya pun turut heran membaca sebuah berita yang diturunkan oleh media cetak nasional pada 24 Januari 2012 yang lalu. Kita bisa menyaksikan begitu semaraknya karya seni orang Korea yang banyak digemari pemuda-pemudi Indonesia sekarang ini. Baik itu lagu-lagunya, penyanyinya, maupun film-filmnya yang bahkan sangat laris di pasaran Indonesia. Ada satu hal yang mengejutkan mata dan hati saya. Yaitu sangat besar minat mahasiswa Korea Selatan untuk mempelajari kebudayaan Indonesia. Dan tidak hanya itu saja, tapi juga sampai mengkaji dan meneliti karya-karya sastra modern Indonesia. Wah!

Minat positif dan membangun para mahasiswa Korea itu sangat bertolak belakang dengan minat kaum muda Indonesia. Pemuda Indonesia tak mau ketinggalan lagu-lagu terbaru, penyanyi-penyanyi tampan dan cantik, dan film-film terbaru Korea. Tak tanggung-tanggung sampai meniru gaya orang Korea pun! Pakaiannya, rambutnya, sampai bahasanya. Semua ala Korea. Benar-benar sudah demam Korea. Sedangkan mahasiswa Korea malah berdecak kagum dan bergairah untuk segera mengetahui kebudayaan Indonesia. Kebudayaan kita yang dikenal majemuk dan harmonis. Dan dibingkaikan dalam kesatuan "Bhineka Tunggal Ika". Sungguh terbalik!

Hingga sekarang banyak orang Indonesia yang menjadikan Korea sebagai destinasi wisatanya. Korea kini menjadi "sesuatu" yang dikagumi oleh orang Indonesia. Korea seolah menyimpan banyak hal yang dapat dinikmati dan dirasakan untuk menghibur kepuasan diri. Karya seni Korea telah berhasil membuat banyak orang Indonesia jatuh cinta. Sampai-sampai telah lupa pula untuk menilik sisi yang lain selain seninya.

Mengenal Pramoedya Ananta Toer

Indonesia adalah negara yang paling banyak menampung warga negara Korea dibandingkan negara lain. Besarnya hitungan itu berjumlah 45.000 orang. Bisa dikatakan salah satu tujuan mereka datang ke Indonesia untuk tugas belajar. Ilmu yang paling mereka minati di perguruan tinggi di Indonesia ini adalah sastra. Dan lagi, dari sastralah mereka mengenal kebudayaan Indonesia. Lebih dalam, karya sastra yang mereka kenal itu adalah karya sang maestro sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer.

Saya mengaku malu karena baru mengenal siapa Pramoedya Ananta Toer. Tapi saya juga kecewa karena selama dua belas tahun bersekolah di SD hingga SMA tidak pernah mengenal nama Pramoedya. Bertahun-tahun belajar Bahasa dan Sastra Indonesia hanya nama Chairil Anwar selalu muncul di buku-buku teks pelajaran. Memang nama itu telah melahirkan karya terbaik lewat puisi legendarisnya "Aku". Namun di sekolah hanya nama Chairil yang paling menonjol. Sesekali juga nama Sanusi Pane, Mochtar Lubis, W.S. Rendra, Arjmin Pane, dan Sultan Takdir Alisjahbana. Hanya itu yang bisa saya ingat sampai sekarang.

Nah, ketika menjadi mahasiswa, baru di semester dua-lah saya mengenal nama Pramoedya Ananta Toer. Itu pun bukan karena saya mahasiswa sastra, melainkan karena saya agak ‘nakal’ mengintip dan mencari tahu buku-buku bacaan yang dikonsumsi oleh senior saya. Khususnya mereka yang mencintai karya sastra Indonesia dan mereka yang aktivis gerakan mahasiswa. Hanya oleh rasa penasaran, saya memberanikan diri mencari dan meminjam buku-buku karangan Pramoedya Ananta Toer.

Saya kira hanya saya saja yang tidak mengenal nama Pramoedya. Ternyata mahasiswa sebaya saya juga tidak mengenal siapa Pramoedya. Setiap saya membawa buku-buku Pramoedya sebagai bacaan di ruang kuliah, mereka malah bertanya: "Siapa Pramoedya Ananta Toer?" dan "Tentang apa bukunya?". Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu saya dapati hingga kini. Malangnya, di saat saya baru saja membaca karya Pramoedya, mahasiswa Korea telah duluan mencicipi buah sastra kita. Mereka telah banyak membaca karangan Pramoedya hingga ingin meneliti kebudayaan Indonesia yang terungkap secara jujur dalam buku-bukunya.

Harus saya akui, tulisan-tulisan Pramoedya memiliki nilai yang sangat tinggi. Lebih tinggi dari tetralogi milik Andrea Hirata maupun novel terlaris di dunia milik J.K. Rowling. Begitu membaca "Bumi Manusia"-nya, saya terhanyut didalamnya. Mata saya tak ingin berkedip membacanya dan pikiran saya tak henti mengembarakan imajinasi ceritanya. Penuturannya yang mengalir deras pada setiap konflik membuat saya harus kritis dan tersadar. "Dalam berjalan ke pendopo yang sudah diterangi dengan empat buah lampu itu aku merasa seperti hendak menangis. Apa guna belajar ilmu dan pengetahuan Eropa, bergaul dengan orang-orang Eropa, kalau akhirnya toh harus merangkak, beringsut seperti keong dan menyembah seorang raja kecil yang barangkali buta huruf pula? God, God! Menghadap seorang bupati sama dengan bersiap menampung penghinaan tanpa boleh membela diri. Tak pernah aku memaksa orang lain berbuat semacam itu terhadapku. Mengapa harus aku lakukan untuk orang lain? Sambar geledek!".

Jiwa pun tertular oleh bahasa emosional yang disiratkannya itu. Apalagi otak pun terkontaminasi mengaminkan perkataannya yang benar dan masuk akal. Lantas imajinasi saya berkata: mengapa presiden tidak keluar istana untuk menerima tamu yang datang setiap Kamis berbusana dan berpayung hitam? Bukankah menerima tamu dan menjamunya sama dengan menerima dan menjamu kedatangan malaikat utusan Sang Pencipta? Tidak adakah kesempatan tamu itu bertemu presiden di istananya? Padahal sewaktu beliau belum menjadi orang nomor satu, ia bebas datang menjadi tamu rakyat di perkampungan sana. Ia berbaik hati, berdialog, bersilahturahmi dan tak lupa meminta dukungan dan doa agar menjadi pemimpin demokratis. Ah, tak mungkin beliau lupa itu!

Maafkan imajinasi saya yang banyak mengambil porsi dalam tulisan ini. Tapi begitulah tulisan Pramoedya setidaknya telah menyadarkan pembacanya tentang hal kemanusiaan yang bernuansa sosial-budaya. Pembaca akan dipengaruhi untuk kritis dan melawan. Melawan segala hal yang tidak etis menurut ilmu pengetahuan di bumi manusia ini.

Malu

Karena itu, malulah kita pada orang Korea, kaum terpelajarnya, yang sedang belajar dan meneliti kebudayaan kita (Indonesia). Malulah karena tidak-bahkan sedikit mengenal sastrawan Indonesia dan karya-karyanya. Malulah karena tidak menjadikan kegiatan membaca sebagai pengembaraan imajinasi dan pengetahuan, melainkan sebagai hiburan. Terakhir, malulah telah meniru hasil seni Korea. Irilah karena mereka "meniru" sastra Indonesia, namun kita meniru seni mereka. Padahal seni kita pun tak kalah mengagumkan. Masih ingat acara pembukaan Sea Games ke-XXVI yang lalu? Semarak kemewahan hasil seni Indonesia memperindah negeri Indonesia dan memesonakan setiap mata yang menyaksikannya.

Guru Bahasa dan Sastra Belanda Minke mengatakan dengan tegas, "Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tetapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai...". Hewan tidak mengenal sastra. Ia tak tahu berimajinasi dan berkarya. Hanya manusia yang mampu melakukan itu.*** 

 Oleh : Zudika Manullang.
 Penulis adalah mahasiswa FISIP USU dan aktif di Perkamen.

Sumber : http://inisajamostory.blogspot.com/2012/01/giliran-orang-korea-melirik-indonesia.html
Repost & Share by dessyluvnulis.blogspot.com

Minggu, 21 Oktober 2012

PRO vs KONTRA about Korean Wave


Maraknya boyband dan girlband korea di Indonesia saat ini membuat tergusurnya musik dalam negeri sendiri. Hal ini menyebabkan Pro dan Kontra mengenai selera bermusik remaja sekarang dengan menjamurnya musik KPOP.

Para penggemar boyband yang mayoritas wanita ini berkisar masih sekolah, dan menyebut dirinya sebagai kpopers dengan nama fandom (panggilan fans) yang berbeda-beda. Seperti halnya penyuka SUJU dengan nama fandom ELF, pecinta Bigbang dengan nama fandom VIP, dan masih banyak panggilan lainnya sesuai dengan boyband dan girlband andalan mereka.

Namun demikian banyak pro kontra dari munculnya korean wave atau hallyu wave ini, dari yang mengatakan boyband korea seperti banci karena style dan bermuka terlalu manis, boyband korea modal tampang, boyband korea operasi plastik (oplas), dan banyak hinaan lainnya.

Mungkin hinaan itu karena gaya dan musik korea ini masih baru dikenal dan jadi terlihat aneh. Tak banyak dari hinaan tersebut membuat fanwar di twitter.

Padahal pada kenyataannya mereka tidak hanya modal tampang, namun punya skill yang patut dibanggakan. Hal ini dikarenakan para agency di korea sangat serius untuk mengelola artis-artisnya untuk terkenal dalam jangka panjang. Sebelum menjadi superstar mereka harus melalui sejumlah training sebelum debut menjadi artis, dan masa training juga tidak main-main mereka di rekrut dari umur kisaran SMP bahkan SD.

Selain itu dalam mempromosikan artis nya tersebut para agency menggunakan sistem marketing yang cukup aktif, salah satunya dengan menggunakan situs youtube membuat seluruh dunia mengetahui kemahiran korsel dalam membuat boyband yang multitalented.

Dalam hal style, entertain Korsel mempunyai ciri khas sendiri yaitu, style kpop. Hanya saja kita sebagai orang awam akan mengatakan terlihat berlebihan jika laki-laki dengan pakaian atau accessories yang berlebihan seperti itu. Namun tidak untuk sebagian remaja saat ini, mereka menyukai visualisasi style ala korea ini. Banyak diantara mereka menganggap style dari boyband korea ini seksi dan menawan.

Seperti yang dikatakan Dira, fans dari Super Junior, "Boyband Korea keren!! SUJU apalagi. Waktu mereka nge dance aura cowok atau gentle nya itu loh keliatan banget! Ngebuat kita para kpopers betah untuk ngidolain mereka. Ditambah lagi mereka gak lipsync kalau nyanyi. Lagu-lagunya juga enak".

Jika disimpulkan dari perspektive objective adalah balik lagi ke selera masing-masing. Selera orang berbeda- beda, mereka mungkin bergaya seperti itu untuk menciptkan trend centre dunia dengan ala Kpop Style. Seperti halnya Jepang memiliki band yg bergaya seperti anime dan bedandan ala perempuan. Namun itu hanya style yang ingin mereka tampilkam, dan bukan berarti mereka banci.

Sedangkan untuk alasan operasi plastik. Di korea selatan sudah sangat biasa dalam melakukan operasi plastik. Menurut kita sebagai negara Indonesia yang berbudaya, operasi plastik ini sangat lah tabu. Tapi menurut mereka hal ini sudah biasa, ibarat perawatan wajah atau facial disini tapi mereka perawatan wajah berbentuk oplas. Setiap negara punya budaya yang berbeda tentunya, tidak bisa disamakan.

Setiap orang punya selera musik berbeda-beda dan kegemaran akan suatu hal yang berbeda juga. Seperti halnya musik western, Jepang (Jrock), melayu dan lainnya. Semua itu tergantung selera dan kenyamanan kuping masing-masing saja. Tuhan menciptakan kita berbeda-beda, dari wajah yang berbeda, pikiran, mata, hidung dan lainnya. 

So, guys let to peace. Kenapa masalah musik saja kita harus perang? 

cre: dessy

twitter: @echi99

Sabtu, 16 Juni 2012

BTOB - Father (아버지) MV

[LYRICS] BTOB – Father


 [ROMANJI - KOREAN]

[CHANGSEOB] sseulsseulhaejin dwinmoseubi natseoro
gulroganun naenae barabodaga
genyang nunmul-e naso
genyang ulgiman haeso
jigeumkkot moreugo san naega miwouso

[HYUNSIK] apaeson taeyeonhan cheok outgiman haeso
hangsang nae apaeson kanghan cheok haeso

[MINHYUK] saengakjocha mothaeso
ahnin julman arasoh
seulseulhan dwitmoseuboul molladon goya

[SUNGJAE] keddaenun mollajo nomuna ohreojo
nuguboda whereroul taendae dagagaji mothaejo

[EUNKWANG] e-jaeya arahjoh jogeum nuteun gon ahnijo
nomuna hagoshipeun mal yongwonhi saranghamnida
nae ahboji

[HYUNSIK] hanchameun kereomkae nan barabodaga
dalryeogase genyang anahboryeoso

[CHANGSEOB] manyang oulgosipohso
ke pom-e oulgoshipohso
dangsin-eh gomaeum-e nomu sorowouso

[SUNGJAE] keddaenun mollajo nomuna ohreojo
nuguboda whereroul taendae dagagaji mothaejo

[EUNKWANG] e-jaeya arahjoh jogeum nuteun gon ahnijo
nomuna hagoshipeun mal yongwonhi saranghamnida
nae ahboji

[ILHOON] hanseum han bun puk swimyeon da na-ahjin dut sek cheok
naegaen boyeoyo kedae-en hwiriti anhnun nunmul
sangcho kadukhan gaseum oulji angun ahpaseol hyeongto
da naega mandul kundae jaggu haeyo way kedae talsol

[PENIEL] And your eyes showed you were tired
But you hid it, such a liar

[MINHYUK] e-jae naega ahn-ah julgaeyo naegae kidaedu dwaeyo
[PENIEL] And your eyes showed you were tired
But you hid it, such a liar

[MINHYUK] kedaenun yongwonhan na-e nupeon hanuel-e-aeyo

[CHANGSEOB] kochirojin sonae jureumjin nunga-e
seulseulhaejin dwemoseumhajo nan iksokhai ahn-ah-so

[SUNGJAE] naega keraena bwa ah-pur-gae haena bwa
dwidulahson dwemoseumhajo naega namkin jimman kataso

[EUNKWANG] haejun gae objiman nan drin gae hana objiman
nomuna hagoshipeun mal yongwonhi saranghamnida
nae ahboji

[TRANSLATE - ENGLISH]

[CHANGSEOB] His defeated posture is unfamiliar to me
The whole time we were walking together I just quietly watched from the back
The tears just came out
I just kept on crying
Because I hated myself for living until now without noticing

[HYUNSIK] He always laughed like nothing was wrong
He always acted strong in front of me

[MINHYUK] I didn’t even think about
I had no idea
I just didn’t know of your defeated posture

[SUNGJAE] I didn’t know then I was too young
He must have been lonelier than anyone else but I couldn’t get closer to him

[EUNKWANG] Now I know, It isn’t too late right?
There are words I really want to say, I love you forever
My father

[HYUNSIK] After just watching like that for a long time
I ran over and just embraced him

[CHANGSEOB] Because I just wanted to cry
I wanted to cry in his embrace
Because your thankfulness was so one sided

[SUNGJAE] I didn’t know then I was too young
He must have been lonelier than anyone else but I couldn’t get closer to him

[EUNKWANG] Now I know, It isn’t too late right?
There are words I really want to say, I love you forever
My father

[ILHOON] You acted like you were strong after letting out a long sigh
I can see it, your tears that doesn’t fall
Heart full of scars, the scabs that must have hurt even without the tears
I was the one who hurt you, why do you keep blaming yourself

[PENIEL] And your eyes showed you were tired
But you hid it, such a liar

[MINHYUK] Now I will hug you, you can lean on me

[PENIEL] And your eyes showed you were tired
But you hid it such a liar

[MINHYUK] You are forever my high skies

[CHANGSEOB] Rough hands and wrinkles around your eyes
Even your defeated posture isn’t familiar to me

[SUNGJAE] I must have done that I must have caused him pain
Because I feel like your back posture was a load that I left behind

[EUNKWANG] Even though I haven’t done anything or gave you anything
There are words I really want to say, I love you forever
My father

Sabtu, 17 September 2011

TIPE-TIPE FANS

Bagi idola Fans sangatlah berarti, karena tanpa mereka siapa yang akan membeli album mereka dan siapa lagi yang akan menonton pertnjukkan mereka saat konser. Namun ada beberapa tipe fans yang dikategorika menjadi :
  1. Supportive: fans yg supportif terhadap artis favoritnya, biasanya mereka membeli CD, tiket konser, menghadiri fanmeet. fans tipe supportive ini kalo disana cenderung dibilang fans yg miskin dan pelit! jadi menurut korean fans kalo sekedar beli CD, tiket konser, dll itu bukan pengorbanan besar, itu standar bgt 
  2. Informed: fans yg selalu menggali ttg idolnya, jadi kalo ditanya mulai dr hal PALING kecil dia pasti tau semua! informed fans biasanya menghabiskan waktu mereka dg berkutat di internet, sibuk di cafe (fanbase) buat nyari info ttg idol mrk
  3. Patient: fans tipe ini adalah fans yg setia, mereka bakal nonton konser APAPUN DIMANAPUN yg ada artis favorit mereka. fans tipe patient ini bakal nonton konser skalipun artis fave mereka cuma tampil ga lebih dari 1 menit! Patient fans juga punya kemampuan yg ga bisa dikalahkan dalam urusan mengamankan tempat yg susah didapat di suatu konser. jadi patient fans ini selalu dapet spot yg bagus buat ngeliatin artis favorit mereka di konser2 manapun, ga bakal bisa ditandingi!